SOROT JABAR – Lebih dari 300 peserta, termasuk puluhan penyandang disabilitas, berkumpul di Auditorium Telkom University untuk memperingati World Mental Health Day 2024. Acara yang diinisiasi oleh Minds United bersama Program Studi Psikologi Telkom University ini mengusung tema “Self-Care: Bukan Sekadar Me-Time,” dengan tujuan mengedukasi dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental, kegiatan ini sebagai wujud dukungan Telkom University terhadap pentingnya kesehatan mental, khususnya di kalangan generasi muda.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kesadaran kesehatan mental, tetapi juga mendukung dua poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni poin 3 tentang Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, serta poin 4 mengenai Pendidikan Berkualitas.
Dalam sambutannya dan pembuka kegiatan, Wakil Rektor III Telkom University, Dr. Dida Diah Damayanti, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini. “Kami sangat mendukung kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Dengan mengenali diri, diharapkan peserta mampu melakukan identifikasi dini terkait permasalahan kesehatan mental yang mungkin dialami,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Program Studi Psikologi Telkom University, Dr. Maulana Rezi Ramadhana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menambahkan bahwa tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi saat ini. “Kami berharap program ini bisa mengubah pandangan bahwa self-care bukan sekadar me-time, tetapi sebuah kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental di tengah rutinitas yang menuntut,” ujarnya. “Acara ini juga menjadi langkah awal bagi kami untuk terus memperkenalkan Program Studi Psikologi yang baru kami luncurkan tahun ini.”
Acara ini menampilkan sesi talkshow yang menghadirkan Sarah F. Fathoni, M. Psi., Psikolog dari Edelweiss Children Center, serta Psikolog RSIA Kemang Medical Care Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Litasari W. Suwarsono, M.Psi., Psi., sebagai moderator.
Dalam paparannya, Sarah Fathoni menjelaskan cara praktis untuk melakukan self-care. “Jika merasa terdampak masalah kesehatan mental, kita bisa memulai dengan quick fix, misalnya memanfaatkan salah satu dari lima panca indera kita. Ada yang merasa terbantu dengan makan, ada juga yang merasa tenang dengan melihat pemandangan hijau,” jelas Sarah. Tak hanya mengedukasi, acara ini juga menonjolkan nilai keberagaman dan kesetaraan. Sebanyak 20- 30 penyandang disabilitas dari PPSGHD Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat turut hadir dan menikmati acara, yang diperkaya dengan hiburan interaktif seperti pertunjukan classical musik, video booth 360, dan photo booth. Kehadiran mereka menjadi simbol pentingnya inklusivitas dalam setiap kegiatan Minds United.
Puja Anissa Rahma, Manager Public Relations dari Minds United, menekankan bahwa keberagaman dan kesetaraan adalah prinsip utama dari setiap program yang mereka adakan. “Kami percaya bahwa keberagaman, kesetaraan, dan kebermanfaatan adalah nilai-nilai penting yang harus selalu dijunjung. Program ini adalah salah satu upaya kami untuk menetapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap langkah kegiatan kami. Kami berharap acara ini membawa dampak positif bagi para peserta dan menjadi titik awal bagi banyak program kolaboratif lainnya ke depan,” jelasnya.
Selain merayakan World Mental Health Day, acara ini diharapkan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental. Minds United berencana meluncurkan kampanye bertajuk Empowered Minds sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan mental dan pengembangan diri, dengan harapan dampak dari acara ini terus berlanjut.
(Red/Minds United)