Dimulai dengan track pertamanya berjudul Lala Lalala, Korekayu menegaskan lagi kehadirannya dengan syair menyebutkan nama masing-masing punggawa yang siap mengajak pendengar bernyanyi riang bersama. Perlahan, band kota istimewa ini mengalunkan tiga track berikutnya berjudul Don Juan, September, dan Sari 3 menceritakan persoalan cinta yang tentu tak asing lagi bagi kalangan kaum muda. Tiga nomor tersebut berhasil menggambarkan pengalaman emosional dalam hal percintaan yang tidak melulu melankolis. Bagi korekayu, mengungkapkan kesedihan tak selalu dengan yang melankolis. Tiap orang menyikapi rasa sakit dengan cara yang beragam, begitu pula dengan album “Verhaal” yang menegaskan ragam cara untuk merayakan kesedihan. Pada salah satu nomor lagu berjudul “Sepotong Kecil Hatimu”, Korekayu memberi kejutan yang riang gembira pada gubahan musiknya meskipun dengan lirik yang cukup menyayat hati.
Dengan jam terbang yang jelas lebih matang, album ini dinilai sebagai album yang paling siap baik secara penulisan dan teknis. Tentu ada beberapa hal baru secara genre di musik, ada juga eksperimen untuk menemukan pola permainan yang menarik. Kendati demikian, Korekayu mencoba lebih sumeleh dalam proses. Bondan (gitar) membagikan pengalamannya saat proses dimana para personil yang kini menjalani kehidupan berkeluarga dan komitmen personal, “Verhaal” diciptakan dengan tidak kemrungsung, mengalir, dan tetap mempertahankan nuansa oldies-nya. Korekayu dalam 12 lagu di album ini agaknya mengingatkan bahwa tak segala hal harus berganti, tak semuanya harus berubah, dan tak semuanya harus menjadi baru.
Salah satu sorotan menarik adalah kolaborasi dengan The Rain dalam lagu “Terserah Maumu”, di mana para personil secara personal mengidolakan mereka, berkembang menjadi kolaborator, bahkan melahirkan persaudaraan lebih dalam melampaui sekadar kemitraan bermusik saja. Sesuatu yang sebelumnya tidak diperkirakan akan terjadi sejauh itu oleh Korekayu.