ARAH Menampilkan Potensi dan Tantangan Kabupaten Lestari
SDO adalah agenda tahunan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang menjadi ruang refleksi dan dialog bersama antara kabupaten anggota, mitra pembangunan, komunitas, hingga publik luas. Melalui SDO, LTKL menampilkan capaian, pembelajaran, sekaligus arah ke depan dalam mewujudkan kabupaten yang sejahtera namun tetap melindungi lingkungan.
Dalam SDO 2025, salah satu rangkaian utama adalah pameran bertajuk “ARAH”. Pameran ini memperlihatkan potensi serta tantangan kabupaten anggota dalam perjalanan menuju pembangunan lestari, dengan sajian data, narasi komunitas, dan karya kreatif yang ditata agar mudah dipahami publik.
Sebagai bagian dari pameran ini, ditampilkan hasil foto dan video perjalanan ExploNation di Sintang. Dokumentasi tersebut merangkum interaksi Febrian dan La Ode bersama masyarakat Dayak Desa, dari kehidupan di Rumah Betang Ensaid Panjang, eksplorasi hutan yang masuk ke dalam area Rimba Gupung, hingga regenerasi kain tenun ikat Dayak Sintang dengan pewarna alami.
Rimba Gupung sendiri menjadi contoh nyata bagaimana Kabupaten Sintang mengelola hutan berlandaskan tradisi dan pengetahuan lokal, sekaligus mendorong kesejahteraan masyarakat. Model pengelolaan ini telah mendapatkan pengakuan resmi melalui peraturan daerah, menegaskan komitmen Sintang untuk menjaga keberlanjutan alam dan kehidupan warganya.
Melalui karya visual ini, pengunjung dapat melihat Sintang dari dekat: bagaimana hutan, budaya, dan pangan setempat dijaga dan dihidupkan kembali sebagai bagian dari praktik ekonomi restoratif.
Febrian menyampaikan, “Saya sudah sepuluh tahun melanglang buana dari Sabang sampai Merauke. Tapi pengalaman di Sintang benar-benar berbeda, di mana kami bisa hidup bersama, berdampingan dengan masyarakat Sintang dan alam. Di sana saya juga belajar bahwa ekonomi restoratif ternyata bukan cuma menghentikan kerusakan yang sudah terjadi, tetapi juga mencoba memulihkan atau merestorasi kembali berbasis sosial budaya. Dan tentu diiringi perkembangan ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Seperti saat saya melihat langsung masyarakat Dayak yang hidup di wilayah Rimba Gupung. Mereka bercocok tanam di hutan, menjadikan hutan sebagai sumber air, sekaligus dapat mengembangkan perekonomiannya.”