SOROT JABAR – Industri film horor Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran Rumah Teteh: Story of Helena, sebuah film yang menawarkan pendekatan berbeda dalam menyampaikan ketegangan dan kengerian.
Disutradarai oleh Nanang Istiabudi dan ditulis oleh Imam Salimy serta Brii Story, film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 13 Februari 2025.
Berbeda dari film horor konvensional yang mengandalkan jump scare, Rumah Teteh menghadirkan ketegangan dengan pendekatan horor psikologis yang lebih subtil. Mengangkat kisah nyata yang terjadi di Bandung pada tahun 2007, film ini bercerita tentang pengalaman menyeramkan seorang mahasiswa bernama Brii (Erdin Werdrayana) dan teman-temannya di sebuah rumah kos yang menyimpan sejarah kelam. Dengan atmosfer yang mencekam, film ini membangun ketegangan secara perlahan, membuat penonton merasakan teror yang lebih mendalam tanpa harus bergantung pada efek suara keras atau kemunculan sosok menakutkan secara tiba-tiba.
Nova Eliza, yang berperan sebagai Helena, menuturkan bahwa salah satu daya tarik utama dari film ini adalah unsur realisme yang kuat. “Rumah Teteh bukan hanya tentang hantu, tetapi juga mengangkat sisi emosional dan perjuangan anak kos yang hidup di tanah rantau. Ini yang membuat film ini memiliki nilai lebih dibandingkan film horor lainnya,” ujarnya.
Selain Nova Eliza dan Erdin Werdrayana, film ini juga dibintangi oleh Agatha Valerie, Dede Satria, Philip Chou, dan Wieshely Brown. Setiap karakter diberikan kedalaman cerita yang lebih kompleks, sehingga menjadikan Rumah Teteh lebih dari sekadar film horor biasa.
Ferdi Ali, yang berperan sebagai Kopral, menambahkan bahwa film ini memberikan pengalaman menonton yang lebih intens. “Film ini bukan hanya menghadirkan ketakutan, tetapi juga menyisipkan pesan moral tentang bagaimana seseorang menghadapi ketakutan dalam dirinya sendiri. Kami para pemain juga benar-benar mendalami karakter untuk memberikan pengalaman terbaik bagi penonton.”
Dari segi teknis, Rumah Teteh menghadirkan sinematografi yang mendukung atmosfer horor yang mendalam. Pemilihan warna, pencahayaan, serta sudut pengambilan gambar dibuat dengan sangat hati-hati untuk membangun perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang semakin meningkat seiring berjalannya cerita. Musik latar dan efek suara juga digunakan secara tepat guna menambah intensitas ketegangan.
Diproduksi oleh 786 Production, Maxstream Original, dan Mercusuar Films, film ini memiliki durasi 1 jam 26 menit dan diharapkan dapat membawa angin segar bagi industri film horor Indonesia dengan pendekatan yang lebih berkelas dan mendalam.
Bagi para pecinta film horor yang mencari sesuatu yang lebih dari sekadar teriakan dan kejutan mendadak, Rumah Teteh: Story of Helena adalah pilihan yang tepat. Jangan lewatkan pengalaman horor yang berbeda ini di bioskop mulai 13 Februari 2025.
(Red/Emha Albana)