Ari Priyanto, sang sutradara, mengungkapkan “Konsep video ini berusaha memvisualisasikan esensi dari lirik yang bicara tentang keputusasaan hidup di Jakarta dan ketimpangan sosial yang ada di dalamnya.” Ia kemudian menjelaskan bagaimana pengambilan gambar yang agresif, dengan efek zoom dan shaking, berhasil menghidupkan “kekacauan” yang terjadi di lapisan bawah kota. Tak ada alur cerita yang linear, hanya potret kehidupan yang terasa raw, sesuai dengan semangat yang ingin disampaikan.
Dengan pengambilan gambar yang sengaja dibuat kacau, Ari memilih untuk menggunakan handycam Sony HXR-MC88, sebuah alat yang mengingatkan kita pada era 90-an, lengkap dengan elemen-elemen visual seperti TV cembung dan frame 4:3. Keputusan ini bukan sekadar nostalgia, tetapi sebuah cara untuk memberikan kedalaman autentik pada video ini. “Saya ingin hasilnya terasa lebih autentik dan mendalam,” ujarnya.
Dengan membangun Potential membuka peluang besar bagi Ari Priyanto untuk mewujudkan visi yang ia impikan. “Membuat video klip adalah tantangan besar sekaligus kebanggaan pribadi,” tambah Ari, yang sebelumnya hanya terlibat dalam beberapa proyek video musik. Kolaborasi ini merupakan pencapaian pribadi yang besar baginya, dan ia sangat menikmati kesempatan untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar berasal dari ide dan inspirasi pribadinya.