Hingga sekarang, kasus ini belum juga tuntas. Sebagai bentuk penghormatan keberaniannya melawan ketidakadilan itu, Antitesis membuat lagu berjudul “Marsinah”. “Bahwa seorang Marsinah layak untuk diberi gelar pahlawan wanita, berkat perjuangan beliau sekarang undang-undang tenaga kerja lebih memfasilitasi hak-hak buruh dan wanita,” ucap Sesar.
“Lagu marsinah tidak hanya sebagai pengingat atas peristiwa sadis yang masih gelap kejelasannya namun juga sindiran atas jargon ‘piye kabare penak jamanku toh’ padahal di jaman orde baru masyarakat diatur secara represif tidak merdeka untuk bicara dan berpendapat,” imbuh Sesar.
Di dalam lirik pembuka, Antitesis menulis dengan sarkas mengubah slogan yang dibuat Kartini “habis gelap terbitlah terang” dengan “habis gelap tetaplah gelap”. Ini adalah respon kritis melihat situasi perayaan Hari Kartini yang tidak menyentuh makna yang sesungguhnya. “Itu sindiran terhadap Hari Kartini yang temanya itu-itu saja tapi pembunuhan marsinah masih tidak jelas kabarnya,” ucap Sesar.